Lulusan Sejarah Kerja Apa?

Mutya Widyalestari
4 min readSep 30, 2021

Kerja apa aja yang penting halal :)

Kalo kerja di bidang non-sejarah, ilmunya engga kepake, dong?

Sumber: foxnews.com

Bisa iya, bisa engga.

Jadi bapak rumah tangga atau pengangguran pun, sebenarnya ilmu sejarah dan ilmu lainnya bisa berguna dan bisa tidak berguna kok :)

Ada beberapa hal yang mungkin bisa saya share saat kalian bertemu HRD atau pimpinan yang entah tertarik entah memandang sebelah mata ilmu yang kita pelajari berdarah-darah (atau bersantai-santai) selama setidaknya 4 tahun ini:

Sumber: dailymail.co.uk

(1) Ilmu sejarah mengajari kita untuk menghargai kerja keras diri sendiri dan orang lain. Loh, kok bisa? Coba ingat-ingat kembali, saat mengerjakan tugas atau ujian, kita selalu diminta melampirkan catatan kaki dan daftar pustaka, bukan? Saya yakin jurusan lain juga seperti itu. Anti-plagiarisme. Tapi saya rasa, tidak ada yang seketat Ilmu Sejarah.

Sumber-sumber sekunder maupun primer, dari mulai arsip, buku, rekaman suara, video, gambar, undang-undang, surat kabar, penelitian sebelumnya, semuanya perlu diterakan dengan detail, jujur, dan rapi. Ini akan sangat berguna saat kita terjun ke dunia kerja nanti. Integritas mungkin terlihat seperti sesuatu yang sederhana, tetapi tidak semua orang bisa melakukannya.

(2) Metode penelitian sejarah bisa diterapkan di mana saja. Ingatkah Anda akan satu mata kuliah berjudul “Historiografi”? Mata kuliah yang diletakkan di awal semester biasanya adalah subjek fundamental yang wajib dipahami sebelum menempuh subjek-subjek lainnya. Sama seperti saat kita kuliah bisnis, mata kuliah yang pertama kali dipelajari adalah Business Ethics; saat kuliah sejarah, kita mengenal “Metode Penelitian Sejarah”, yang terdiri dari heuristik (pengumpulan data), kritik, interpretasi, dan historiografi (penulisan sejarah).

Di dunia nyata (dan maya) ada banyak informasi bertaburan, ada banyak orang-orang yang sok intelek, ada banyak hal-hal menarik yang dibumbui komedi, ada juga hal yang tidak penting-penting amat, yang semuanya perlu kita heuristikkan, kritikkan, interpretasikan, dan pada tingkatan paripurna, kita historiografikan.

(3) What makes you different makes you powerful. Di masa kini, perusahaan membutuhkan orang dari banyak latar belakang. Kenapa? Supaya saat mengahadapi masalah, ada beragam ide yang muncul dan beragam pendekatan yang bisa dilakukan. Jika satu perusahaan hanya terdiri dari lulusan sejarah, dan semuanya adalah perempuan 20–30 tahun yang berasal dari kota Depok misalnya, tentu perusahaan tersebut akan miskin-inovasi dan memiliki banyak keterbatasan.

Saat bicara tentang feminisme, kita perlu peran tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki. Saat bicara software, kita perlu peran tidak hanya software-engineer tetapi juga perwakilan non-tech savvy user. Begitu seterusnya. Kenali diri Anda dan apa yang bisa Anda berikan sebagai nilai tambah untuk perusahaan Anda nantinya.

(4) Be creative and create a memorable punch-line. Ada peribahasa yang bilang “less is more”. Ketimbang Anda berbusa-busa menjelaskan apa pentingnya sejarah bagi umat manusia, ciptakan sendiri kata-kata yang sederhana tapi berkesan untuk pewawancara Anda. Buat itu menjadi sesuatu yang personal.

Misalnya, Anda melamar untuk posisi sales. Anda bisa bercerita:

“Saya suka membaca biografi orang-orang terkenal, terutama mereka yang bergerak di dunia sales; mereka memberi saya pelajaran bahwa sales bukan hanya tentang berjualan, tapi juga meyakinkan orang lain.”

Atau jika Anda ingin menjadi copywriter:

“Sebelum masuk sejarah, tulisan saya amburadul. Tapi karena selama 4 tahun saya kerjanya bikin tulisan terus, kerja kelompok, dan presentasi, sekarang saya jadi “Grammar-Nazi”. Titik koma saya perhatikan betul-betul. Diksi juga mulai saya tata. Saya terbiasa bikin PPT dengan kata-kata yang eye-catching tapi ga berlebihan, supaya temen-temen bisa fokus ke saya saat bicara. Dari situlah saya menemukan passion dan bakat saya di bidang copy-writing. You don’t know how grateful I am to study History back in university.”

Teman-teman, belajar Ilmu Sejarah tidak membatasi kita, tapi justru memperluas kesempatan kita untuk menyumbangkan ilmu kita kepada beragam industri, yang mungkin saat ini, mereka hanya belum melihat pentingnya ada orang sejarah dalam tim mereka.

Saya senang sekali teman-teman sejarah saya sekarang sudah sukses dengan minat dan keterampilannya masing-masing. Ada yang melanjutkan sebagai peneliti sejarah, buka usaha sendiri, masuk ke startup, jadi data analyst, programmer, jurnalis, agen asuransi, pegawai bank, bahkan ibu yang baik dan pintar untuk anak-anaknya. Semua tidak terlepas dari usaha masing-masing, dukungan orang-orang sekitar, dan kemauan untuk selalu berkembang, yang pada akhirnya akan menjadi sejarah kehidupan kita dan orang-orang yang terkait dengan kita.

Sumber: dailymail.co.uk

Kehidupan bukan hanya tentang bekerja. Sama seperti kehidupan bukan hanya tentang sejarah. Jadi, selamat melanjutkan hidup!

— Mutya Widyalestari

--

--

Mutya Widyalestari

I write about people, technology, and business. All from the student’s perspective.